Minggu, 22 April 2012

FB Auto Comment & Like Generator V4.2.2 (Support I.E 9)

This software NOT WORK
i'm sorry brother


Pada versi-versi sebelumnya aplikasi Auto Comment & Like Generator hanya bisa dipergunakan pada komputer yang memiliki Internet Explorer versi 8.

Untuk versi terbaru ini aplikasi sudah bisa berjalan pada komputer yang  memiliki Internet Explorer versi 9 .

Download Here

Senin, 09 April 2012

FB Auto Comment & Like Generator Plus v4.2.0


This software NOT WORK
i'm sorry brother


Bagi yang masih belum bisa menggunakan aplikasi Facebook Auto Comment & Like Generator dikarenakan gagalnya koneksi padahal jaringan dalam kondisi yang baik, berikut kami realease update Facebook Auto Comment & Like Generator versi 4.20 (versi sebelumnya / 4.16 masih tetap bisa dipergunakan)
Pada versi ini ada tambahan komponen MSINET.OCX yang secara default nanti akan tercreate di folder yang sama dengan folder aplikasi.
Bagi anda yang menggunakan Windows 7 pada saat menjalankan aplikasi terdapat error dibawah ini: 
"component 'MSINET.OCX' or one of its dependencies is not correctly registered: a file is missing or invalid"
maka jalankan applikasi pertama kali dengan cara klik kanan pada alikasi dan pilih Run as Administrator

Silahkan download aplikasi Download Here

Rabu, 04 April 2012

Kisah Teladan dari Petani Miskin yang Bijaksana

"Kisah Teladan dari Petani Miskin yang Bijaksana"

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih
sangat bagus dan gagah!.
Suatu hari seorang soudagar kaya ingin membeli kuda itu,
dengan menawar dengan harga yang sangat tinggi,
sayang si petani miskin itu tidak menjualnya.
teman-temanya menyayangkanya dan mengejek
karena tidak menjual kudanya itu.
Keesokan harinya kuda itu hilang dari kandangnya,
maka teman-temanya berkata :
Sungguh jelek nasibmu padahal kalau kemarin di jual kamu kaya,
sekarang kudamu sudah hilang"
Si petani miskin diam saja...
Bebarapa hari kemudian
kuda Si petani kembali dengan lima ekor kuda lainya.
Lalu teman-temanya berkata :"
Wah beruntung sekali nasibmu,ternyata kudamu membawa keberuntungan"
Si petani hanya diam saja...
beberapa hari kemudian anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah!.."
teman- temanya berkata : "
ternyata kuda-kuda itu membawa sial,
lihat sekarang kaki anakmu patah"
Si Petani tetap diam tanpa komentar,
seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu,
semua anak muda di desa di paksa untuk berperang,
kecuali si anak petani
karena tidak bisa berjalan.
Teman-temanya mendatangi si petani sambil menangis :"
beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang,
kami harus kehilangan anak-anak kami!
Si Petani kemudian berkomentar :"
janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan
dengan mengatakan nasib baik/jelek,
semuanya adalah suatu rangkaian proses.Syukuri
dan terimalah yang terjadi saat ini.
Apa yang kelihatan baik hari ini
belum tentu baik hari esok.
Apa yang buruk hari ini
belum tentu buruk untuk hari esok.
yang pasti Allah swt. paling tahu yang terbaik buat kita.
Bagian kita tetap beribadah kepadaNya
dan mengucap syukur dalam segala hal,
sebab itulah yang di kehendaki oleh Allah swt dalam hidup kita" ^_^ "
Semoga Allah swt
memberikan keberkahan umur,amal dan kematian yang baik di akhir hayat kita..
Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang selalu mengingatMu,
bersyukur atas nikmatmu dan kematian yang baik di akhir hayat Kita.amin

[Inspirasi] Kisah Penjual Amplop yang Jujur

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat. 

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu. 
Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya. 
Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak. 
Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi. 
Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini: 
“bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”. 
Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka. 
Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu. 
Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua. 
Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku. 
Saudaraku, "Di antara sekian jenis kemiskinan", kata KH. Rahmat Abdullah, "yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam". Walaupun kondisi fisiknya tak sempurna, walaupun pendidikannya rendah, walaupun usianya tak lagi muda.. Izzah (kehormatan) dirinya dalam bekerja mencari penghasilan yang halal harus kita hargai daripada yang meminta-minta. Walaupun tidak salah apabila kita memberikan sedekah kepada siapapun yang kita lihat ketika beliau orang-orang tersebut membutuhkan uluran pertolongan kita. 
SEMOGA MENGINSPIRASI UTK KEBAIKAN KITA SEMUA... 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes